Liputan6.com, Jakarta – Organisasi Semua Murid Semua Guru (SMSG) kembali melangsungkan pertemuan nasional tahunan mereka untuk ratusan pelaku pendidikan di Indonesia “Belajaraya 2023.” Acara ini disebut “lebih diversifikasi dan menggugah partisipasi masyarakat.”
Najeela Shihab, pendidik dan penggagas gerakan Semua Murid Semua Guru, dalam konferensi pers di Jakarta pada Jumat (28/7/2023), menyatakan bahwa Belajaraya 2023, yang mendapat dukungan dari berbagai pihak, menekankan pentingnya kolaborasi sebagai solusi efektif dalam mengatasi tantangan pendidikan di Indonesia.
“Masalah pendidikan di Indonesia enggak bisa diselesaikan dengan murid dan guru di sekolah saja. Masalah pendidikan Indonesia beserta perbaikannya harus dikerjakan bersama dengan berbagai pemangku kepentingan,” kata Najeela.
Belajaraya 2023 mulai terselenggara hari ini, Sabtu (29/7/2023), dilakukan secara tatap muka dengan 52 Kelas Belajar yang berfokus pada tema tertentu serta tiga sesi diskusi publik yang dapat dihadiri masyarakat secara simultan. Keseluruhan rangkaian acaranya diharapkan dapat membantu mendorong adopsi konsep pendidikan inklusif.
Najeela menekankan, setiap individu memainkan peran penting dalam meningkatkan standar pendidikan, termasuk dalam pertukaran praktik-praktik positif untuk menangani tiga dosa besar dalam pendidikan. Ketiganya adalah perundungan alias bullying, intoleransi, dan kekerasan seksual yang baru-baru ini jadi sorotan.
“Ekosistem pendidikan Indonesia harus terbuka pada inovasi agar anak sekolah bisa beradaptasi (dengan) perubahan. Dengan cara ini, kita dapat mempersiapkan generasi muda untuk menghadapi dunia yang terus berubah dan semakin kompleks. Keberlanjutan dan pertumbuhan ekonomi, lingkungan yang sehat, serta masyarakat yang beradab akan sangat bergantung pada bagaimana kita mendidik anak-anak kita hari ini,” tambahnya.
Transformasi Ekosistem Pendidikan
Pendidikan di Indonesia disebut masih membutuhkan fokus dan perhatian yang intensif. Menurut Najeela, tantangan yang harus dihadapi meliputi masalah kesehatan mental, baik pada anak-anak dan remaja, serta ketidakseimbangan dalam pendidikan yang masih sangat terasa.
Belajaraya 2023, yang sebelumnya dikenal sebagai Pesta Pendidikan dan diadakan secara virtual selama pandemi, menggandeng partisipan dari berbagai latar belakang untuk bersama-sama menangani tantangan pendidikan di Indonesia. Perubahan jadi Belajaraya, menurut Najeela, mewakili transformasi ekosistem pendidikan yang lebih luas dengan melibatkan sebanyak 1.038 komunitas.
“Proses pembelajaran dalam SMSG memerlukan banyak inisiator yang tidak semata-mata berasal dari latar belakang pendidikan. Di Belajaraya, kami ingin menyampaikan pesan bahwa proses belajar yang melibatkan semua orang adalah kuncinya,” kata Ela, panggilan akrabnya.
Kendati demikian, Najeela menjelaskan bahwa inovator pendidikan sering terasa sepi dan kurang mendapat dukungan. Mereka sering kali berjalan sendirian, seolah-olah sedang melawan arus dalam sistem yang sering kali resisten terhadap perubahan.
Lebih lanjut lagi, Najeela mengatakan, kunci perubahan pendidikan adalah kolaborasi antar pemangku kepentingan dan keterlibatan publik. Ini berarti melibatkan semua orang dalam proses pendidikan, mulai dari guru, siswa, orangtua, komunitas, pemerintah, sampai sektor swasta.
“Melalui Jaringan Semua Murid Semua Guru, kami mendukung berbagai inovasi yang dilakukan ratusan komunitas dan organisasi pendidikan agar semakin berdampak. Jaringan Semua Murid Semua Guru mengintegrasikan langkah relawan berbagai profesi, penggerak di ekosistem demi perbaikan akses, (serta) kualitas dan kesetaraan pendidikan bagi semua dan setiap anak,” tutur Najeela.
Keterlibatan Berbagai Pihak
Pernyataan Najeela sejalan dengan partisipasi aktif berbagai pihak, seperti organisasi nirlaba dalam pelaksanaan acara. Salah satunya adalah Indika Foundation, salah satu dari 23 organisasi pendiri Semua Murid Semua Guru yang berfokus pada pendidikan perdamaian dan toleransi.
“Di Indika Foundation, kami mendorong masyarakat jadi pelopor perubahan menuju Indonesia yang inklusif di dalam komunitas mereka sendiri. Kami yakin, suatu inisiatif akan berdampak lebih besar jika masyarakat di dalamnya bergerak mewujudkan perubahan,” kata Ayu Kartika Dewi, Managing Director Indika Foundation.
Ayu menambahkan, dengan berpartisipasi di Belajaraya 2023, berbagai pihak akan berkolaborasi mewujudkan pendidikan yang inklusif dan adaptif. “Pendidikan tidak hanya terjadi di sekolah, selama enam tahun SD hingga masa kuliah, bahkan setelah menyelesaikan jalur pendidikan formal, kita tetap harus belajar saat berinteraksi dan beraktivitas di masyarakat,” kata Ayu.
Widharmika Agung, salah satu pendiri dan pembina Indorelawan, juga turut mendukung Belajaraya 2023 melalui keterlibatan aktif pemuda. Ia percaya bahwa kerja sama bisa mendorong pengembangan pendidikan di Indonesia.
“Indorelawan dibentuk dengan tujuan memudahkan proses ini dengan melibatkan lebih banyak pemuda mempromosikan semangat kolaborasi dalam pembangunan pendidikan di Indonesia,” kata Agung.
Musisi Ikut Turun Tangan
Melengkapi daftar itu, musisi-musisi papan atas seperti Tompi, Tulus, Vidi Aldiano, Andien, RAN, Kunto Aji, Dere, Idgitaf, dan Endah N Rhesa juga berpastisipasi dalam festival musik Belajaraya 2023. Ini menyusul kesuksesan Pesta Pendidikan 2017, yang mana sejumlah musisi berpastisipasi dalam perilisan lagu Semua Murid, Semua Guru dan inisiasi #KirimBudi. Praktik baik inilah yang Belajaraya coba replikasi tahun ini.
“Ini bukan pertama kali kami berpastisipasi dalam gerakan pendidikan. Melalui Belajaraya, kami bisa membantu menyampaikan pesan-pesan pendidikan pada khalayak lebih luas melalui musik. Ini juga merupakan cita-cita kami untuk jadi musisi dengan karya-karya yang bermanfaat bagi masyarakat,” kata Endah N Rhesa, pengisi acara Belajaraya 2023.
Belajaraya 2023 bermaksud dikunjungi berbagai elemen masyarakat, termasuk perwakilan pemerintah, media, perusahaan, asosiasi profesional, komunitas dan organisasi pendidikan, serta seniman dan musisi terkenal.
Untuk berpartisipasi dalam acara Belajaraya 2023, individu dapat terlibat dalam program Patungan Pendidikan. Dengan sumbangan minimal sebesar Rp95 ribu melalui kitabisa.com, peserta akan memiliki akses ke berbagai acara menarik yang telah diorganisir.
Selain itu, sumbangan dari program Patungan Pendidikan ini juga akan digunakan untuk mendanai berbagai inisiatif penting dalam bidang pendidikan. Ini termasuk pengembangan literasi, peningkatan kualitas guru, pendidikan karakter, teknologi pendidikan, pengembangan generasi muda, pendidikan keluarga, pendidikan anak usia dini (PAUD), dan pendidikan inklusif.